Program planning cakal by using ASP in the office migrasi
CREATIVE TECHNOLOGY IMPROVING AGRICULTURAL PRODUCTABSTRAKS
Fokus pada pengembangan agroindustri merupakan suatu terobosan yang relevan dalam rangka meningkatkan daya saing produk pertanian. Pengembangan produk pertanian memerlukan teknologi, oleh karena itu pengembangan teknologi merupakan faktor penting dalam upaya meningkatkan efisiensi dan efektifitas agroindustri.
Teknologi diciptakan untuk memenuhi kebutuhan manusia, terdiri dari empat komponen, yaitu : perangkat keras (technoware), perangkat manusia (humanware), perangkat informasi (infoware), dan perangkat organisasi (orgaware). Masing-masing komponen mempunyai peranan penting dan sangat berperan dalam menentukan kadar teknologi suatu produk atau proses. Pemanfaatan teknologi dalam bidang pertanian di Indonesia hendaknya dapat memadukan teknologi lokal (padat karya) dengan teknologi modern (padat modal) untuk dapat menghasilkan produk yang dibutuhkan konsumen. Pilihan teknologi berkaitan erat dengan spesifikasi produk yang akan dihasilkan.
Bahan hasil pertanian dapat ditingkatkan nilainya melalui tiga pendekatan teknologi, yaitu pendekatan teknologi pengawetan, teknologi pengolahan, dan teknologi pengemasan. Strategi pengembangan produk pertanian dapat berorientasi pada pendekatan market-based strategy (MBS) atau resource-based strategy (RBS). Untuk dapat meningkatkan daya saing produk maka secara umum industri pengolahan hasil pertanian harus selalu memperhatikan kualitas, biaya dan kontinyuitas produknya.
Kata kunci : agroindustri, teknologi, strategi, daya saing
PENDAHULUAN
Kebijakan makro pembangunan ekonomi, setelah swasembada beras tahun 1984, langsung melompat dari pertanian tradisional ke industri teknologi tinggi berspektrum luas yang menekankan pengembangan industri-industri berbasis impor (footlose industry). Akibatnya, secara makro maupun mikro kebijakan tersebut sangat tidak memihak kepada sektor pertanian dan tahapan industri berbasis pertanian dilewati (Napitupulu 2000).
Fokus pada agroindustri memang relevan pada tahap pembangunan Indonesia saat ini dan masa mendatang. Pengembangan agroindustri dapat menjadi sektor yang memimpin didasarkan pada agroindustri bersifat resource based industry, mempunyai keterkaitan ke depan dan ke belakang yang sangat besar, mempuyai impact multiplier yang besar secara langsung dan tidak langsung terhadap perekonomian daerah maupun nasional, menggunakan input yang dapat diperbaharui, teknologi agroindustri sangat fleksibel yang dapat dikembangkan dengan padat modal atau padat tenaga kerja, dan produk agroindustri umumnya mempunyai elastisitas yang tinggi (Soepanto 1997).
Kebijaksanaan pengembangan agroindustri paling tidak mempunyai dua simpul utama, yaitu menggerakkan perekonomian masyarakat di wilayah produksi pertanian dan mendorong pertumbuhan suplai hasil-hasil pertanian untuk kebutuhan agroindustri (Yusdja dan Iqbal 2002). Pengembangan agroindustri, sekaligus mendorong peningkatan budidaya dan kegiatan lain dalam sistem agribisnis secara keseluruhan sehingga pengembangan agroindustri dapat dikatakan sebagai pemacu pertumbuhan pertanian dan perekonomian.
Kondisi dan perubahan yang terjadi dalam pembangunan pertanian untuk fokus pada pengembangan agroindustri merupakan suatu terobosan yang relevan dalam rangka meningkatkan daya saing produk pertanian. Oleh karena itu, pengembangan teknologi merupakan faktor penting dalam upaya meningkatkan efisiensi dan efektifitas agroindustri.
Bahan hasil pertanian sebagai bahan baku agroindustri memiliki tiga karakteristik, yaitu : mudah rusak (perishability), musiman (seasonality), dan bervariasi (variability) dalam kualitas dan kuantitas. Untuk meningkatkan nilai tambah bahan hasil pertanian diperlukan pengolahan melalui agroindustri sehinggga dapat dimanfaatkan dalam waktu yang lebih lama dan tersedia sepanjang musim. Dalam pengembangan produk pertanian tersebut diperlukan teknologi untuk mengelola dan mengolah bahan hasil pertanian. Teknologi dapat mengubah bahan hasil pertanian menjadi produk-produk yang dibutuhkan konsumen sesuai dengan permintaan pasar, memiliki daya tahan lebih lama dalam penyimpanan, memiliki nilai nutrisi lebih tinggi, mendatangkan pendapatan, dan meningkatkan keuntungan bagi pengguna teknologi. Makalah ini bertujuan untuk menjelaskan peranan dan kebutuhan teknologi, serta apa yang perlu diperhatikan dalam pengembangan produk pertanian ditinjau dari aspek manajemen industrinya ?
PERANAN TEKNOLOGI
Teknologi merupakan aplikasi ilmu pengetahuan untuk menghasilkan atau mencapai tujuan tertentu. Teknologi diciptakan untuk memenuhi kebutuhan manusia. Teknologi terdiri dari empat komponen, yaitu : (1) perangkat keras (technoware) yang memberdayakan fisik manusia dan mengontrol kegiatan transformasi; (2) perangkat manusia (humanware) yang memberikan ide pemanfaatan sumberdaya alam dan teknologi untuk keperluan produksi; (3) perangkat informasi (infoware) yang mempercepat proses pembelajaran, mempersingkat waktu operasional, dan penghematan sumberdaya; dan (4) perangkat organisasi (orgaware) yang mengkoordinasikan semua aktivitas produksi untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Masing-masing komponen mempunyai peranan penting dalam suatu teknologi (Sa’id et. al., 2001). Penerapan teknologi dalam bidang apapun, termasuk agroindustri selayaknya dilaksanakan dengan menyelaraskan keempat komponen tersebut dan disesuaikan dengan kondisi sosial budaya masyarakat.
Komponen teknologi sangat berperan penting dalam menentukan kadar teknologi suatu produk atau proses. Kombinasi yang unik dari keempat komponen teknologi dalam suatu aktivitas produksi akan menambah kadar teknologi suatu input (bahan mentah), sehingga output (produk akhir) yang dihasilkan akan mempunyai nilai tambah (value added). Output yang sama dapat juga dihasilkan dengan kombinasi keempat komponen teknologi yang berbeda. Kepentingan relatif dari keempat komponen teknologi tergantung pada jenis perubahan produksi dan tingkat kerumitan operasional perusahaan (Sharif, 1993).
Teknologi memainkan peranan penting dalam pembangunan perekonomian. Teknologi berperan dalam pemanfaatan hasil pertanian, peningkatan nilai tambah, peningkatan daya saing, pengembangan produk, pembukaan lapangan kerja, pengembangan pusat perekonomian, dan penghasil devisa negara. Pemanfaatan teknologi kreatif (unggul) bagi dunia industri dapat menghasilkan produk yang memiliki daya saing lebih baik karena terjadi efisiensi dan efektifitas pemanfaatan sumberdaya. Hal ini memberikan peluang kepada konsumen untuk dapat menikmati hasil produksi yang lebih baik.
Peran teknologi dapat meningkatkan efisiensi dan efektifitas yang pada akhirnya berujung pada peningkatan produktivitas. Dalam persaingan di era globalisasi, produktivitas merupakan salah satu faktor daya saing yang penting. Produktivitas berkaitan langsung dengan keuntungan perusahaan. Jika produktivitas suatu industri meningkat maka keuntungannya juga akan meningkat. Berdasarkan hal tersebut maka teknologi memiliki peranan dalam agroindustri dalam rangka meningkatkan produktivitas. Dengan mengacu pada konsep produktivitas secara umum yang merupakan nilai perbandingan anatara output dan input maka teknologi dapat meningkatkan produktivitas melalui : (1) pemanfaatan jumlah input yang lebih rendah untuk satuan output yang tetap; (2) peningkatan jumlah output dengan penggunaan jumlah input tetap; dan (3) peningkatan jumlah output dan input dengan peningkatan output yang lebih tinggi.
Secara lebih spesifik bagi agroindustri, teknologi memiliki peranan dan tujuan sebagai berikut : (1) teknologi mengubah skala ekonomi usaha; (2) teknologi mengubah hubungan keseimbangan penawaran dan permintaan produk pertanian; (3) teknologi mengubah batasan produk; (4) teknologi menciptakan substitusi produk; (5) teknologi mengubah dasar persaingan (Aten et. al., 2002)
KEBUTUHAN TEKNOLOGI PENGEMBANGAN PRODUK PERTANIAN
Pemanfaatan teknologi dalam bidang pertanian di Indonesia hendaknya dapat memadukan teknologi lokal (padat karya) dengan teknologi modern (padat modal) untuk dapat menghasilkan produk yang dibutuhkan konsumen. Dalam pemilihan teknologi untuk pengembangan produk pertanian secara mikro (di tingkat perusahaan) perlu dilakukan investigasi berkaitan dengan :
1. Berapa peluang tingkat pemanfaatan kapasitas, dan bagaimana pengaruhnya terhadap biaya produksi ?
2. Berapa kepentingan relatif dari tenaga kerja, modal, dan faktor produksi lainnya dari setiap alternatif, dan bagaimana membandingkannya dengan setiap faktor pada lokasi yang direncanakan ?
3. Bagaimana setiap alternatif teknologi akan mempengaruhi fleksibelitas produksi dan pemasaran ?
4. Infrastruktur dan penunjang apa yang dibutuhkan oleh setiap alternatif teknologi ?
5. Apa implikasinya terhadap manajemen dari setiap alternatif teknologi, dan adakah pertimbangan sosio-ekonomi yang mungkin mempengaruhi pemasok, pekerja, atau konsumen ?
Hal-hal lain yang perlu dipertimbangkan sebagai kriteria pemilihan teknologi adalah : menguntungkan secara ekonomi dan finansial (economic viable), ramah lingkungan (ecologically sound and friendly), tidak menimbulkan kesenjangan sosial (socially accpetable), tidak menimbulkan gegar budaya (culturally appropiate).
Pilihan teknologi berkaitan erat dengan spesifikasi produk yang akan dihasilkan. Kebutuhan teknologi akan meningkat kompleksitas dan kecanggihannya berkaitan dengan proporsi tingkat spesifikasi produk, yang berhubungan dengan kemurnian (purity), standarisasi, stabilitas, dan tingkat pengolahan yang diinginkan (Brown et. al., 1994).
Berbagai alternatif teknologi (sederhana sampai modern) tersedia saat ini tetapi pemanfaatannya tergantung pada kebutuhan. Bahan hasil pertanian dapat diolah menjadi berbagai turunan produk, sebagai contoh :
1. Kelapa sawit dapat diolah menjadi minyak kelapa sawit (crude palm oil-CPO), minyak inti sawit (palm kernel oil-PKO). Dari CPO kemudian dapat diolah kembali menjadi olein, stearin, minyak goreng, sampai pada bahan bakar biodiesel.
2. Kelapa dapat diolah menjadi kopra, minyak goreng, krim santan, tepung santan, margarin, es krim, biskuit, sabun, shampo, kosmetika, cat, dan sebagainya.
3. Ketela pohon dapat diolah menjadi tapioka, dextrin, maltosa, glukosa, fruktosa, alkohol, asam-asam organik, sorbitol, atau hanya diolah menjadi gaplek, tepung ubi kayu, makanan ringan atau makanan ternak dengan menggunakan teknologi sederhana.
4. Tebu dapat diolah menjadi gula (cair atau padat), molase, alkohol, asam organik, makanan ternak, semen, particle board, pulp selulosa, furfural.
Seberapa jauh pengolahan produk dan turununannya diolah akan tergantung pada tingkat teknologi dan kelayakan ekonomisnya. Berbagai penelitian masih diperlukan untuk meningkatkan efisiensi sehingga produksi pada skala industri dari agroindustri layak secara finansial dan ekonomis.
Teknologi tersedia untuk pengolahan produk pertanian dari yang sederhana sampai teknologi tinggi padat modal yang menggunakan peralatan dan sistem kontrol yang canggih. Pilihan teknologi dalam kebanyakan proses operasi dapat dikategorikan menjadi dua, yaitu : pilihan diantara jenis-jenis peralatan dan mesin yang berbeda untuk mengerjakan proses yang sama dan pilihan diantara proses-proses yang menghasilkan produk akhir yang sama.
Proses pengolahan produk pertanian tidak hanya terdiri dari operasi tunggal tetapi beberapa tahapan bersama-sama dengan sistem penunjangnya. Setiap komponen sistemnya mempunyai alternatif-alternatif dan kendala-kendala secara teknis. Jenis teknologi yang digunakan harus ditentukan pada setiap tahap atau sistem secara bebas dan kemudian dievaluasi dalam konteks perusahaan secara keseluruhan.
Teknologi yang diperlukan pada tahapan produksi yang khas dalam suatu industri terdiri dari : penerimaan dan penyimpanan bahan baku, persiapan/ pengkondisian bahan baku (perlakuan fisik atau kimiawi), proses inti (pemisahan, pemekatan, pencampuran, dan stabilisasi), pengemasan, penyimpanan produk, dan pengiriman produk.
PENDEKATAN TEKNOLOGI PENGEMBANGAN PRODUK PERTANIAN
Bahan hasil pertanian dapat ditingkatkan nilainya melalui tiga pendekatan teknologi, yaitu pendekatan teknologi pengawetan, teknologi pengolahan, dan teknologi pengemasan (Aten et.al., 2002).
Pendekatan Teknologi Pengawetan
Pengawetan dilakukan tanpa merubah bentuk fisik produk pertanian secara nyata. Pengawetan dapat dilakukan melalui beberapa jenis proses, yaitu :
1. Pengeringan atau penguapan dengan menggunakan energi panas untuk menurunkan kadar air dan aktivitas air bahan,
2. Pendinginan, pengambilan energi bahan sampai suhu tertentu (dingin atau beku) untuk menghambat kinerja mikroorganisme dan enzim,
3. Sterilisasi dan pasteurisasi dengan teknologi pemanasan atau vacuum untuk mematikan mikroorganisme patogen dan mensterilkan bahan,
4. Bahan pengawet seperti garam, asam benzoat, asam laktat dan lainnya agar mikroorganisme mati atau pertumbuhannya terhambat.
5. Radiasi menggunakan sinar gamma untuk membunuh mikroorganisme.
Pendekatan Teknologi Pengolahan
Pengolahan hasil pertanian merupakan aktivitas yang merubah bentuk produk pertanian menjadi bentuk lain yang berbeda. Jenis-jenis aktivitas pengolahan yang dapat dilakukan seperti : penggilingan, penepungan, ekstraksi dan penyulingan, penggorengan, pemintalan, pengalengan, dan proses pabrikasi lainnya. Menurut Austin (1981) tahapan proses perubahan bentuk dalam agroindustri dan bentuk produknya dibedakan dalam empat level seperti pada Tabel 1.
Pendekatan Teknologi Pengemasan
Pengemasan dilakukan untuk melindungi produk pertanian dari kerusakan fisik, kimiawi, dan proses mikrobiologis selama proses distribusi atau transportasi. Pengemasan bertujuan untuk memudahkan transportasi, menghemat ruang gudang, atau alat transportasi, dan sebagai media promosi.
MANAJEMEN INDUSTRI PENGEMBANGAN PRODUK PERTANIAN
Strategi pengembangan produk pertanian dapat berorientasi pada pendekatan market-based strategy (MBS) atau resource-based strategy (RBS). Pendekatan MBS selalu mengawali pemikiran dengan melihat pasar terlebih dahulu, melalui analisis lingkungan eksternal (industri) dan melihat organisasi yang sangat dinamis khususnya terhadap pesaing, konsumen, pemasok, dan produk substitusi. Pendekatan MBS menciptakan strategi bersaing berupa proteksi pasar dengan cara membuat rintangan bagi pesaing agar mengalami kesulitan untuk dapat memasuki pasar (barriers to entry). Pendekatan RBS berupaya meletakkan jargon bersaing pada bagaimana menciptakan inovasi masa depan melalui sumberdaya yang dimiliki dengan pemilihan kompetensi inti sehingga dapat diciptakan strategi hambatan berupa kesulitan untuk ditiru (barriers to immitation) (Huseini, 1999).
Untuk dapat meningkatkan daya saing produk maka secara umum industri pengolahan hasil pertanian harus selalu memperhatikan kualitas, biaya dan kontinyuitas produknya. Produk berkualitas berarti produk yang dapat memenuhi kebutuhan pengguna. Produsen harus dapat menjamin mutu produknya. Menurut Brown et. al. (1994), kualitas produk dipengaruhi oleh :
1. Faktor Finansial. Produk yang berbeda membutuhkan biaya investasi (tetap) dan variabel yang berbeda sehingga biaya per unit produk akan berbeda juga. Umumnya produk yang berkualitas tinggi memerlukan investasi yang lebih tinggi. Produk berkualitas juga memerlukan input (bahan baku) termasuk bahan pengemas yang berkualitas tinggi. Untuk mendapatkan input berkualitas maka diperlukan pemilihan/pemisahan bahan baku sehingga tahapan ini juga akan memerlukan biaya yang pada akhirnya menambah komponen biaya produk secara keseluruhan.
2. Faktor Manajerial. Untuk menghasilkan produk berkualitas (tinggi) diperlukan upaya lebih dalam mengelola input dan proses yang lebih canggih, untuk itu diperlukan kontrol dan koordinasi.
3. Faktor Sosio-ekonomis. Proses industri tergantung pada : siapa yang mengelola, mengoperasikan, dan memelihara proses. Jumlah dan sifat alami manusia sebagai faktor input produksi dalam proses juga berpengaruh terhadap kualitas produk. Untuk mengatasi hal tersebut perlu diperhatikan ketrampilan tenaga kerja, kebutuhan akan trainning, tenaga kerja musiman, tenaga kerja yang banyak libur dan sebagainya.
Biaya produksi minimal akan menjadi faktor penentu harga produk yang fleksibel sehingga dapat mengantisipasi harga produk-produk pesaing, dan hal ini dapat menciptakan strategi keunggulan harga. Biaya produksi minimal dapat diperoleh melalui efisiensi produksi dengan memadukan berbagai kombinasi komponen-komponen teknologi sesuai dengan kemapuan dan sumberdaya yang dimiliki perusahaan. Kontinyuitas sangat diperlukan untuk menjamin ketersediaan pasokan produk di pasaran sehingga stabilitas harga dapat dipertahankan dan dapat dikendalikan produsen.
Paradigma pembangunan berkelanjutan memiliki tiga pilar utama, yaitu : ekonomi, ekologi, dan sosial. Pemanfaatan sumberdaya pertanian dalam kerangka pembangunan berkelanjutan harus dapat dikelola dan diolah secara efisien dan efektif dengan meminimalkan dampak negetip terhadap lingkungan. Penggunaan teknologi produksi bersih dalam pengolahan produk pertanian dapat membentuk citra dan promosi ramah lingkungan. Kondisi ini dapat digunakan sebagai salah satu strategi keunggulan bersaing untuk memenangkan kompetisi di pasaran global.
PENUTUP
Fokus pada pengembangan agroindustri merupakan suatu terobosan yang relevan dalam rangka meningkatkan daya saing produk pertanian. Dalam pengembangan produk pertanian tersebut diperlukan teknologi untuk meningkatkan efisiensi dan efektifitas agroindustri.
Teknologi terdiri dari empat komponen, yaitu : perangkat keras (technoware), perangkat manusia (humanware), perangkat informasi (infoware), dan perangkat organisasi (orgaware). Masing-masing komponen mempunyai peranan penting dan sangat berperan dalam menentukan kadar teknologi suatu produk atau proses. Pilihan teknologi berkaitan erat dengan spesifikasi produk yang akan dihasilkan.
Bahan hasil pertanian dapat ditingkatkan nilainya melalui tiga pendekatan teknologi, yaitu pendekatan teknologi pengawetan, teknologi pengolahan, dan teknologi pengemasan. Strategi pengembangan produk pertanian dapat berorientasi pada pendekatan market-based strategy (MBS) atau resource-based strategy (RBS). Untuk dapat meningkatkan daya saing produk maka secara umum industri pengolahan hasil pertanian harus selalu memperhatikan kualitas, biaya dan kontinyuitas produknya.
DAFTAR PUSTAKA
Aten M, Harun, Setyanto A. 2002. Penerapan Teknologi Madya Dalam Pengembangan Industri Pengolahan Hasil Pertanian (Agroindustri). Monograph Series No. 22. Bogor : Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi Pertanian, Balitbang Pertanian, hlm 244-264.
Austin JE. 1981. Agroindustrial Project Analysis. USA : The Johns Hopkins University Press.
Brown JG, Deloitte, Touche. 1994. Agroindustrial Investment and Operations. Washington DC : EDI Development Studies.
Huseini M. 1999. Mencermati Misteri Globalisasi : Menata Ulang Strategi Pemasaran Internasional Indonesia Melalui Pendekatan Resource-Based. Jakarta : Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UI.
Napitupulu TEM. 2000. Pembangunan pertanian dan pengembangan agroindustri. Di dalam : Wibowo R, editor. Pertanian dan pangan : bunga rampai pemikiran menuju ketahanan pangan. Jakarta : Pustaka Sinar Harapan. hlm 51-67.
Sa’id EG, Rachmayanti, Muttaqin MZ. 2001. Manajemen Teknologi Agribisnis : Kunci Menuju Daya Saing Global Produk Agribisnis. Jakarta : PT Ghalia Indonesia.
Soepanto. 1997. Tinjauan terhadap kebijaksanaan dan regulasi pemerintah yang menunjang dan menghambat proses integrasi agroindustri serta antisipasi menghadapi pasar bebas dan dunia. Makalah Simposium Nasional Agroindustri III; Bogor, 4-5 September 1997.
Yusdja Y, Iqbal M. 2002. Kebijaksanaan Pembangunan Agroindustri. Monograph Series No. 22. Bogor : Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi Pertanian, Balitbang Pertanian, hlm 199-209.
Home » info » Perancangan program cakal dengan menggunakan ASP pada kantor migrasi
Perancangan program cakal dengan menggunakan ASP pada kantor migrasi
Posted by Anonymous
Labels:
info